Bab 1.
PENGERTIAN
IPv4
IP addres adalah merupakan sebuah jaringan
dengan IPv4 (internet protocol Versi 4). IPv4 adalah merupakan protokol
standart yang paling banyak digunakan saat ini. penulisan IPv4 yang umum adalah
dengan menggunakan dot-decimal notation, terdiri dari empat bagian angka
desimal (disebut juga Octet) yang masing-masing dipisahkan dengan karakter “.”
(dot atau titik), contohnya adalah 202.158.29.108.
anda dapat mengetahui IP sebuah komputer dengan perintah “ping”, contoh perintah ping PC3 yaitu 192.168.1.4 tidak hanya itu, anda juga dapat melihat IP google.com misalnya dengan mengetikkan ping google.com, tentu saja dengan catatan komputer anda harus terkoneksi dengan internet. tapi bukankah tadi dikatakan jaringan ini adalah jaringan lokal, mengapa dimungkinkan mengakses Internet? benar, hal ini dapat kita lihat dari konfigurasi IP, pada jaringan IP lokal/privat terdapat tiga pengelompokan kelas, yaitu ;
anda dapat mengetahui IP sebuah komputer dengan perintah “ping”, contoh perintah ping PC3 yaitu 192.168.1.4 tidak hanya itu, anda juga dapat melihat IP google.com misalnya dengan mengetikkan ping google.com, tentu saja dengan catatan komputer anda harus terkoneksi dengan internet. tapi bukankah tadi dikatakan jaringan ini adalah jaringan lokal, mengapa dimungkinkan mengakses Internet? benar, hal ini dapat kita lihat dari konfigurasi IP, pada jaringan IP lokal/privat terdapat tiga pengelompokan kelas, yaitu ;
·
IP CLASS N RANGE
·
IP MASQUERADING
jaringan
private berarti IP yang digunakan tidak terkoneksi ke Internet. tetapi komputer
dalam jaringan tersebut bisa saja mengakses jaringan internet dengan metode IP
masquerading melalui NAT (Network Address Translations)yang dapat menjembatani
komputer-komputer internal yang berada dibelakang komputer host untuk dapat
ikut mengakses Internet, artinya hanya ada satu alamat IP yang dikenali di
publik/internet.
gambar diatas dapat mejelaskan hal ini,
contohnya IP publik pada gambar tersebut adalah 31.1.1.32. IPv4 menggunakan
pengalamatan 32 bit yang secara perhitungan total mengasilkan 2 pangkat 32 atau
4 millyard lebih alamat IP yang unik. bagaimana jika setiap orang didunia
menggunakan komputer untuk mengakses internet, apakah berarti alamat IP tidak
mencukupi?
tidak seperti itu, karena banyak yang
menggunakan internet melalui satu IP publik untuk keperluan bersama,
seperti yg telah diilustrasikan pada gambar diatas IP masquerading sangat
membantu kita, membuat kombinasi alamat IP masih belum habis terpakai sampai
detik ini. (tapi tidak menutup kemungkinan bisa saja suatu hari nanti akan
terjadi kehabisan IP)
solusinya diperlukan lagi desain protokol
yang mampu mengalokasikan lagi lebih banyak alamat IP. generasi ini dikenal
dengan Internet protokol IPv6 yang sudah jauh-jauh hari direncanakan (sejak
tahun 1998), IPv6 menggunakan pengalamatan 128 bit sehingga mendukung 2 pangkat
128 yang jika dituliskan dalam bilangan desimal dapat mencapai 39 digit.
walaupun implementasi v6 saat ini masih sedikit dibandingkan IPv4 mungkin ini
hanya masalah waktu untuk beralih karena saat ini IPv4 tidak dapat
mengalokasikan lagi ruang kosong untuk IP publik.
Berikut adalah perbedaan antara IPv4
dan IPv6 menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo):
Fitur
IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang didukung terbatas 4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT mampu untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan internet dunia.
IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 10^38 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.
Routing
IPv4: Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop switch.
IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar.
Mobilitas
IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain.
IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.
Keamanan
IPv4: Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4.
IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar implementasi IPv6.
Ukuran header
IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header options yang dapat bervariasi.
IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum dan Padding telah dimodifikasi.
Header checksum
IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga menambah delay.
IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai
Fragmentasi
IPv4: Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum Transmission Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan kembali di tempat tujuan.
IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Di samping itu, terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari ujung ke ujung.
Configuration
IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual.
IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.
Kualitas Layanan
IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan.
IPv6: Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi.
Fitur
IPv4: Jumlah alamat menggunakan 32 bit sehingga jumlah alamat unik yang didukung terbatas 4.294.967.296 atau di atas 4 miliar alamat IP saja. NAT mampu untuk sekadar memperlambat habisnya jumlah alamat IPv4, namun pada dasarnya IPv4 hanya menggunakan 32 bit sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan internet dunia.
IPv6: Menggunakan 128 bit untuk mendukung 3.4 x 10^38 alamat IP yang unik. Jumlah yang masif ini lebih dari cukup untuk menyelesaikan masalah keterbatasan jumlah alamat pada IPv4 secara permanen.
Routing
IPv4: Performa routing menurun seiring dengan membesarnya ukuran tabel routing. Penyebabnya pemeriksaan header MTU di setiap router dan hop switch.
IPv6: Dengan proses routing yang jauh lebih efisien dari pendahulunya, IPv6 memiliki kemampuan untuk mengelola tabel routing yang besar.
Mobilitas
IPv4: Dukungan terhadap mobilitas yang terbatas oleh kemampuan roaming saat beralih dari satu jaringan ke jaringan lain.
IPv6: Memenuhi kebutuhan mobilitas tinggi melalui roaming dari satu jaringan ke jaringan lain dengan tetap terjaganya kelangsungan sambungan. Fitur ini mendukung perkembangan aplikasi-aplikasi.
Keamanan
IPv4: Meski umum digunakan dalam mengamankan jaringan IPv4, header IPsec merupakan fitur tambahan pilihan pada standar IPv4.
IPv6: IPsec dikembangkan sejalan dengan IPv6. Header IPsec menjadi fitur wajib dalam standar implementasi IPv6.
Ukuran header
IPv4: Ukuran header dasar 20 oktet ditambah ukuran header options yang dapat bervariasi.
IPv6: Ukuran header tetap 40 oktet. Sejumlah header pada IPv4 seperti Identification, Flags, Fragment offset, Header Checksum dan Padding telah dimodifikasi.
Header checksum
IPv4: Terdapat header checksum yang diperiksa oleh setiap switch (perangkat lapis ke 3), sehingga menambah delay.
IPv6: Proses checksum tidak dilakukan di tingkat header, melainkan secara end-to-end. Header IPsec telah menjamin keamanan yang memadai
Fragmentasi
IPv4: Dilakukan di setiap hop yang melambatkan performa router. Proses menjadi lebih lama lagi apabila ukuran paket data melampaui Maximum Transmission Unit (MTU) paket dipecah-pecah sebelum disatukan kembali di tempat tujuan.
IPv6: Hanya dilakukan oleh host yang mengirimkan paket data. Di samping itu, terdapat fitur MTU discovery yang menentukan fragmentasi yang lebih tepat menyesuaikan dengan nilai MTU terkecil yang terdapat dalam sebuah jaringan dari ujung ke ujung.
Configuration
IPv4: Ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara manual.
IPv6: Memiliki fitur stateless auto configuration dimana ketika sebuah host terhubung ke sebuah jaringan, konfigurasi dilakukan secara otomatis.
Kualitas Layanan
IPv4: Memakai mekanisme best effort untuk tanpa membedakan kebutuhan.
IPv6: Memakai mekanisme best level of effort yang memastikan kualitas layanan. Header traffic class menentukan prioritas pengiriman paket data berdasarkan kebutuhan akan kecepatan tinggi atau tingkat latency tinggi.
Bab 2.
Pembagian
Kelas IP
IP
address adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan peralatan
jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32 bit angka
biner yang dapat dituliskan sebagai empat kelompok angka desimal yang
dipisahkan oleh tanda titik seperti : 192.168.0.1
Kelas IP Address :
Kelas IP Address :
kelas
ip address V4
Untuk mempermudah pemakaian, bergantung pada kebutuhan pemakai, IP address dibagi dalam tiga kelas seperti diperlihatkan di bawah ini :
Kelas A :
Network ID : xxx.0.0.1
Host ID : xxx.255.255.254
Default Subnet Mask : 255.0.0.0
IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar. Range IP A. xxx.xxx.xxx. – 126.xxx.xxx.xxx, terdapat 16.777.214 (16 juta) IP address pada tiap kelas A. Pada IP address kelas A, network ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID ialah 24 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP address kelas A, misalnya 124.32.4.8 ialah:
Network ID = 124
Host ID = 32.4.8
Sehingga IP address diatas berarti host nomor 32.4.8 pada network nomor 124.
Kelas B :
Network ID : xxx.xxx.0.1
Host ID : xxx.xxx.255.254
Default Subnet Mask : 255.255.0.0
IP address kelas B biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID ialah 16 bit pertama, sedangkan host ID ialah 16 bit berikutnya. Dengan demikian, cara membaca IP address kelas B, misalnya 140.84.24.8
Network ID = 140.84
Host ID = 24.8
Sehingga IP address di atas berarti host nomor 24.8 pada network nomor 140.84. dengan panjang host ID 16 bit, network dengan IP address kelas B dapat menampung sekitar 65000 host. Range IP 128.0.xxx.xxx – 191.155.xxx.xxx.
Kelas C :
Network ID : xxx.xxx.xxx.1
Host ID : xxx.xxx.xxx.254
Default Subnet Mask : 255.255.255.0
IP address kelas C awalnya digunakan untuk jaringan berukuran kecil (LAN). Host ID ialah 8 bit terakhir. Dengan konfigurasi ini, bisa dibentuk sekitar 2 juta network dengan masing-masing network memiliki 256 IP address. Range IP 192.0.0.xxx – 223.255.255.x. Pengalokasian IP address pada dasarnya ialah proses memilih network ID dan host ID yang tepat untuk suatu jaringan. Tepat atau tidaknya konfigurasi ini tergantung dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengalokasikan IP address seefisien mungkin.
Bab 3. Pengertian IP Public, IP Private, IP Dynamic dan IP Static
IP Public adalah IP yang bisa diakses
langsung oleh internet. Jika dianalogikan, IP Public itu telepon rumah
atau nomer HP yang bisa ditelepon langsung oleh semua orang. Alamat-alamat
ini ditetapkan oleh InterNIC dan terdiri dari beberapa buah network
identifier yang dijamin unik (tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang
sama) jika jaringan tersebut telah terhubung ke Internet.
IP Private adalah IP yang biasanya digunakan dalam jaringan yang tidak terhubung ke internet atau bisa juga terhubung ke internet tapi melalui NAT. Analoginya IP private itu telepon lokal dalam kantor/hotel yang bisa buat telepon-teleponan gratis dalam satu gedung. Nah kalo ada orang yang mau telepon harus lewat operator dolo (NAT) karena nomer telepon publicnya cuma satu (hunting).
IP Dynamic itu berarti alokasi IPnya bisa berubah-ubah. Biasa menggunakan DHCP server. Di setting komputer kamu biasa pake setting automatic. Untuk beberapa ISP sering menggunakan metode ini jadi IP yang kita dapat sering berubah-ubah
Sedangkan IP Static ya sesuai namanya, dia tetap. Di komputer biasa di set manual. atau jika dari ISP maka IP seperti nomor telp rumah yang tetap.
IP Private adalah IP yang biasanya digunakan dalam jaringan yang tidak terhubung ke internet atau bisa juga terhubung ke internet tapi melalui NAT. Analoginya IP private itu telepon lokal dalam kantor/hotel yang bisa buat telepon-teleponan gratis dalam satu gedung. Nah kalo ada orang yang mau telepon harus lewat operator dolo (NAT) karena nomer telepon publicnya cuma satu (hunting).
IP Dynamic itu berarti alokasi IPnya bisa berubah-ubah. Biasa menggunakan DHCP server. Di setting komputer kamu biasa pake setting automatic. Untuk beberapa ISP sering menggunakan metode ini jadi IP yang kita dapat sering berubah-ubah
Sedangkan IP Static ya sesuai namanya, dia tetap. Di komputer biasa di set manual. atau jika dari ISP maka IP seperti nomor telp rumah yang tetap.
pengertian DHCP
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang
berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan
pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak
menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di
jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan
mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang
dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.
Cara Kerja
Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan
arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak
yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.
- DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat “menyewakan” alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows 2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
- DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT Workstation, Windows 2000 Professional, Windows XP, Windows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini.
DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang
diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP
Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini
untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala
waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada
server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.
DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan “penyewaan” alamat IP
dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut:
- DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif.
- DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
- DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
- DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.
Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum
memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP
server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap
pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP
bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat
beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server
tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi
masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan,
karena protokol IP tidak mengizinkan dua host
memiliki alamat yang sama.
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien,
DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga
alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.
Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.
DHCP Scope
DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP
client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan peralatan konfigurasi DHCP server.
Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut
sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai tiga hari. Informasi mengenai DHCP
Scope dan alamat IP yang telah disewakan kemudian disimpan di dalam basis data
DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus
diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan.
Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server adalah kesalahan
dalam konfigurasi DHCP Scope.
DHCP Lease
DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan
kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan
sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa
peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP
Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.
DHCP Options
DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh
DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server,
server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat
dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada
klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options
ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau
kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.
Bab 4. Menghitung Network ID, Broadcast ID, Range IP Address , Netmask
Contoh Gambar :
RUMUSAN:
1. Network ID(Network Subnet ID) dapat dicari dengan
melakukan operasi AND antara IP Address dan Subnet Mask-nya
2. Broadcast ID dapat dicari dengan merubah semua bit
host pada NID dengan angka biner 1
3. Range host IP pada NID tersebut merupakan IP NID+1
hingga IP BID-1
4. Maksimum Usable Subnet (banyak subnet maksimal yang
bisa dibentuk dan dipakai) pada Subnet Mask tersebut ditentukan dengan terlebih
dahulu mengetahui IP tersebut masuk dalam kelas IP mana dan bit yang dipinjam
sebagai Subnet ID. Lalu gunakan rumus = 2 pangkat jumlah bit yang dipinjam
sebagai Subnet Mask - 2
5. Maksimum Usable Host (banyak host maksimal yang bisa
dibentuk dan dipakai) pada Subnet Mask tersebut ditentukan juga dengan terlebih
dahulu mengetahui IP tersebut masuk dalam kelas IP mana dan bit yang tersisa
sebagai Host ID. Lalu gunakan rumus = 2 pangkat jumlah bit yang tersisa sebagai
host ID - 2
———-**********———-*********———-*********———-
CONTOH KASUS !!!
Diketahui:
IP Address : 172.168.11.5
Netmask : 255.255.255.240
Netmask : 255.255.255.240
Ditanyakan:
Hitunglah:
a) Network ID!
b) Broadcast ID!
c) Range IP Address yang bisa dipakai!
a) Network ID!
b) Broadcast ID!
c) Range IP Address yang bisa dipakai!
Dijawab:
IP Address:
172.168.11.5
kita ubah ke biner menjadi:
10101100.10101000.00001011.00000101
172.168.11.5
kita ubah ke biner menjadi:
10101100.10101000.00001011.00000101
Netmask:
255.255.255.240
kita ubah ke biner menjadi:
11111111.11111111.11111111.11110000
255.255.255.240
kita ubah ke biner menjadi:
11111111.11111111.11111111.11110000
a.) Network ID = IP Address AND Netmask
10101100.10101000.00001011.00000101 (IP Address) AND
11111111.11111111.11111111.11110000 (Netmask)
10101100.10101000.00001011.00000101 (IP Address) AND
11111111.11111111.11111111.11110000 (Netmask)
Kita gunakan logika AND. Logika AND memiliki
karakteristik dimana jika input bernilai 0, maka outputnya pasti akan bernilai
0. Jika kedua input diberi nilai 1, maka hasil output juga akan bernilai 1,
sehingga hasilnya seperti berikut ini:
10101100.10101000.00001011.00000000
10101100.10101000.00001011.00000000
diubah ke desimal sehingga menjadi:
172.168.11.0 (Network ID)
172.168.11.0 (Network ID)
Jadi Network ID-nya adalah 172.168.11.0
b.) Broadcast ID = IP Address OR ~Netmask
10101100.10101000.00001011.00000101 (IP Address)
00000000.00000000.00000000.00001111 (Reverse Netmask)
10101100.10101000.00001011.00000101 (IP Address)
00000000.00000000.00000000.00001111 (Reverse Netmask)
11111111.11111111.11111111.11110000 (Netmask)
00000000.00000000.00000000.00001111 (Reverse Netmask)
00000000.00000000.00000000.00001111 (Reverse Netmask)
Kita gunakan logika OR. Logika OR memiliki karakteristik
yang menghasilkan output bernilai 1 apabila ada satu saja input yang bernilai
1. Jadi pada logika OR tidak peduli berapa nilai input pada kedua sisinya,
asalkan salah satunya atau kedua-duanya bernilai 1, maka outputnya pasti juga
akan bernilai 1, sehingga hasilnya seperti berikut ini:
10101100.10101000.00001011.00001111
10101100.10101000.00001011.00001111
diubah ke desimal menjadi:
172.168.11.15 (Broadcast ID)
172.168.11.15 (Broadcast ID)
Jadi Broadcast ID-nya adalah 172.168.11.15
c.) Range IP Address yang bisa dipakai yakni:
Network ID+1 hingga Broadcast ID-1 = 172.168.11.1 - 172.168.11.14
Network ID+1 hingga Broadcast ID-1 = 172.168.11.1 - 172.168.11.14
———-**********———-*********———-*********———-
CARA CEPAT:
IP Address : 172.168.11.5
Netmask : 255.255.255.240
Netmask : 255.255.255.240
Hitunglah Network ID, Broadcast ID, dan Range IP !!!
Cara cepat ini dengan menggunakan rumusan yang saya
cantumkan di atas…
Subnet yang tersedia dari 255.255.255.240 adalah….
Rumus: 2^x dimana x adalah jumlah dari angka 1
240 diubah menjadi biner = 11110000 — > jumlah angka 1
ada 4, jadi 2^4 = 16
Maksimal Subnet yang dapat digunakan = 16
Jumlah Host….
Rumus: 2^y-2 dimana y adalah jumlah angka dari 0
240 diubah menjadi biner = 11110000 — > jumlah angka 0
ada 4, jadi 2^4-2 = 14
Jumlah Host per-Subnet = 14
Subnet ID dan Broadcast ID….
Rumus : 256 - 240 = 16
Subnet ID = 172.168.11.0
Broadcast ID = 172.168.11.15
Jadi, range IP Address yang bisa dipakai
172.168.11.1 - 172.168.11.14
d.)sekarang kita akan belajar cara menghitung Netmask secara
manual.
Buatlah sebaris angka 1 yang
berjumlah 8 (ups..) jika anda baru belajar ip dan belum pernah belajar bilangan
biner maka sebelum itu ada beberapa hal harus anda mengerti
- 8 angka 1 (11111111) = 255, jadi kalau ada ip/subnetmask 255.255.255.255 itu sama dengan 11111111. 11111111. 11111111. 11111111
- 255 pada ip/netmask = 256 host karena 0 masuk kedalam hitungan
- satu angka “1” pada 1111111 = 1 bit
- 1 Class = 8 bit
- Class C = 256 host
- Class B = 256 x 256 = 65536 host
- Class A = 256 x 256 x 256 = 16777216 host
Sudah mengerti jika belum coba baca
dari awal dengan perlahan-lahan dan jangan tanya “mengapa ?” karna aq termasuk
orang yang malas ngejelasin itu. Ok ! kita lanjutkan .
1. Tuliskan 32 angka 1 yang
dibagi 4 bagian (1 bagian = 8 angka, 1 bagian = 1 class)
2. Tuliskan diatasnya deret
host dari 1,2,4,8,…. (kelipatan 2) berurutan dari belakang, karena kita cuma
akan membahas class C maka kita ambil 8 bit terakhir
3. Kita tuliskan dibawahnya
deret netmask dalam bentuk slash “/” kita sebut deret slash, kalau tidak
terlalu mengerti urutkan saja dari awal.
Referensi:
.................SEKIAN...............